Pada 7 Maret, aktris Park Hye Soo menuliskan dua postingan panjang di akun Instagram miliknya untuk membahas tentang rumor dirinya menjadi pelaku kekerasan di sekolah.
Pada 22 Februari, agensi Park Hye Soo membantah tuduhan sang aktor menjadi pelaku kekerasan di sekolah. Agensi juga kembali memberikan pernyataan setelah seorang terduga korban melakukan wawancara perihal tuduhan ini, diikuti dengan sanggahan terhadap testimoni yang diberikan oleh saksi mata.
Pada 7 Maret, Park Hye Soo menuliskan:
Halo, ini Park Hye Soo.
Butuh waktu lama bagiku untuk merangkai kata-kata ini. Maaf karena akhirnya menjadi seperti ini dan membutuhkan waktu lama. Aku menuliskan, menghapus, dan mengulang-ulangnya berkali-kali. Karena ini tidak benar, tadinya aku yakin ini akan berlalu, tapi kebohongan terus muncul sampai menggunung, semakin tinggi. Aku menderita saat melihat dua foto yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran diberikan sebagai “konfirmasi” dan klaim-klaim tidak benar ini terus membentuk sebuah dinding anggapan yang sulit untuk aku runtuhkan.
Aku tahu banyak orang telah menantikan aku membagikan cerita dari sudut pandangku. Tapi alasan aku tak bisa segera memberikannya adalah karena aku yakin kata-kataku tak punya kekuatan dibandingkan dinding anggapan yang sudah terbentuk begitu besar. Meskipun barang bukti telah diserahkan untuk mendukung kata-kataku, orang pasti tidak akan menerimanya sebagai kebenaran, jadi aku membagikan postingan ini.
Dulu aku sudah pernah merasakan bagaimana dinilai orang karena rumor yang tidak benar. Oleh karena itu, aku tahu bagaimana sulitnya membantah semua kebohongan yang tak ada habisnya yang keluar dari mulut orang-orang.
Di tahun 2008, saat aku duduk di kelas dua SMP, aku pindah untuk bersekolah di Amerika Serikat dalam program pertukaran pelajar sebelum akhirnya kembali ke Korea. Saat aku kembali ke Korea, kami pindah dari tempat asal kami dan di bulan Juli 2009 aku masuk ke sekolah baru kembali mengulang kelas dua SMP. Aku tidak kenal siapapun di sekolah dan hal-hal menakutkan yang tak pernah aku rasakan datang kepadaku.
Aku pindah sekolah dari Gangbuk, aku satu tahun lebih tua dari teman-teman sekelasku dan sebelumnya aku bersekolah di Amerika Serikat, tapi rumor tidak benar muncul dan menyebar seperti kebakaran hebat. Orang-orang menyebarkan rumor bahwa aku pergi ke Amerika Serikat untuk melakukan aborsi atau aku bahkan tidak pergi ke Amerika Serikat sama sekali tapi pindah karena kelakuanku yang tidak benar di tempat lamaku. Kebohongan-kebohongan ini mengikutiku ke manapun aku pergi sudah seperti hal yang benar terjadi. Meskipun aku hanya membagikan nomor ponselku ke dua atau tiga teman, namun nomorku kemudian menyebar sehingga setiap pagi aku mendapati sejumlah pesan teks yang berisi makian dan pelecehan seksual. Aku ingat bahwa aku selalu berdebar saat membuka ponselku saat bangun tidur, dan menangis pelan-pelan supaya orang tuaku tidak mendengar.
Hal itu sangat mengejutkan bagiku, yang tadinya hanyalah siswa sekolah biasa yang dicintai teman-teman dan guru di sekolah lamaku. Sekitar satu minggu sebelum aku pergi ke Amerika Serikat, bahkan saat itu bukan hari sekolah, wali kelas dan teman-teman sekelas membuat pesta perpisahan kejutan untukku. Aku sangat senang dan berfoto bersama teman-teman dan meniup lilin. Aku menderita saat membayangkan bagaimana seseorang yang sangat bahagia di sekolah kemudian pindah ke tempat baru dan menjadi korban seperti ini, dan tidak tahu harus menyalahkan siapa. Saat itu rasanya sangat sulit bagiku untuk menanggung intimidasi yang terjadi tanpa alasan yang bisa aku jelaskan, tapi aku juga tidak bisa mengatakannya kepada orang tuaku, yang teguh memintaku untuk pindah demi pendidikanku. Aku tidak bisa mengatakannya kepada siapapun dan menanggungnya sendirian.
Intimidasi semakin memburuk. Pernah saat aku makan siang, ada seseorang yang membalik nampanku dan nodanya tertinggal di seragamku. Saat aku berjalan di lorong, ada yang memakiku di depan atau belakangku. Aku juga pernah dipanggil ke lorong kelas tiga dan dibentak “hanya karena aku tidak suka tampangmu.” Kepalaku dipukuli dan disaksikan siswa-siswa lain dan mereka berkata, “Aku hanya ingin memukulmu. Bahkan kalau kau kelas tiga, aku tetap akan memukulmu.”
Namun, alasanku bisa bertahan dalam situasi itu adalah adanya teman-teman baik yang memerhatikanku meski kenyataannya aku telah dirundung. Meskipun ada banyak rumor tentangku, teman-teman ini melihatku dan menyukaiku apa adanya. Karena mereka, kehidupan sekolahku membaik sedikit demi sedikit. Meskipun begitu, aku sangat terluka dengan perundungan yang aku alami dan aku bahkan melakukan konseling psikologi selama tiga tahun. Konseling rutin membantuku mengobati luka ini, dan aku bisa mengarahkan kepalaku langsung setelah membenci diriku sendiri dan mengalihkan semua kepahitan ke arah pengganggu terhadap diri saya sendiri untuk waktu yang lama.
Orang yang menyebut diri mereka korban adalah orang yang sama yang membalik nampan makan siangku dan memakiku saat aku baru pindah sekolah. Setelah insiden itu, kami kemudian menjadi dekat di kelas tiga SMP. Saat kami berteman, dan bahkan sampai sebelum ini, meskipun kami sudah tidak saling berhubungan, orang itu menganggap semua yang terjadi di antara kami adalah bagian dari pertemanan masa kecil. Walaupun situasinya menjadi semakin parah dan tidak ada pilihan lain selain membawanya ke jalur hukum, rasanya menyakitkan bagiku memikirkan bagaimana hubungan antara diriku dengan seseorang yang bisa dibilang pernah menjadi temanku.
Teman-teman orang itu datang ke akun Instagramku dan meninggalkan komentar-komentar kebohongan dan semakin menyebarkannya. Postingan anonim yang menyebar juga menampilkan tangkapan layar dari akun-akun Instagram ini. Cerita-cerita yang posisi dan sumbernya tidak dapat diverifikasi ini menyebar secara online seolah-olah semuanya benar.
Aku ingin bertanya kepada orang yang terus menyebarkan kebohongan-kebohongan yang tak ada sumbernya dan terus berubah-ubah hanya untuk menghancurkanku, pertama melalui komentar Instagram dan kemudian dua kali lewat wawancara: Kenapa kau harus melakukan sejauh ini? Apa yang bisa kau dapatkan dari hal ini? Bahkan kalau bertindak seperti ini supaya aku hancur dan berantakan, aku tidak akan terguncang. Bahkan kalau butuh waktu berbulan-bulan, kebenaran akan terungkap.
Seperti yang sudah aku katakan di atas, “grup chat korban” yang berisi sejumlah orang yang berkumpul berdasarkan kebohongan. Kami mendapatkan informasi tentang grup chat itu dan siapa pemiliknya. Saat ini, rasanya tidak ada gunanya memberikan pernyataan mendetail tentang semua gosip tidak benar yang menyebar tentangku, jadi mulai sekarang kami akan mengambil tindakan hukum tanpa menunggu atau berkompromi.
Melalui ini, aku sudah berhadapan dengan diriku saat masih kecil yang tersimpan jauh di dalam diriku, yang sudah terluka parah oleh rumor dan perundungan. Kalau aku tidak memilih pekerjaan yang bisa membuatku menjadi sorotan publik, mungkin aku juga tetap ingin membagikan kenangan buruk ini dengan orang lain. Tapi aku ingin orang mengingat bahwa klaim tidak benar dan kritik yang muncul karenanya juga menjadi sebuah serangan bagi orang lain. Aku punya bukti kuat kesalahan orang yang menyebut dirinya korban, tapi aku tidak ingin mempublikasikannya karena aku yakin bahwa itu juga menjadi bentuk serangan.
Aku sungguh-sungguh meminta maaf kepads KBS dan seluruh staf, pemain, dan kru ‘Dear.M’, yang sudah merugi karenaku.
Aku juga mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua yang sudah mendukungku dan memberikan semangat kepadaku bahkan saat aku tidak bisa berkata apa-apa. Karena kalian, aku bisa memeriksa situasi yang terjadi dengan jelas meskipun sakit dan bersiap dengan hati-hati apa yang akan datang. Bahkan jika membutuhkan waktu lama, aku yakin kebenaran perlahan akan muncul, satu demi satu, dan semua akan berlalu. Aku mohon selanjutnya, orang akan belajar untuk mencari kebenaran apapun itu. Postingan ini sangat panjang… Terima kasih sudah membaca.