Ada banyak alasan untuk mencintai Kota Busan. Lautan biru, cuaca yang lebih ringan, makanan lezat, mal-mal perbelanjaan, dan gedung pencakar langit di tepi pantai.
Jembatan Gwangan yang indah dan langit yang dipenuhi gedung pencakar langit mewah di sepanjang Pantai Haeundae memberikan kesan pertama yang menakjubkan, mirip dengan kota-kota populer lainnya seperti Hong Kong dan Singapura.
Busan adalah ibu kota provinsi Korea Selatan selama 1.023 hari saat perang. Orang-orang dari seluruh semenanjung melarikan diri dari kengerian perang dan menetap di Busan, sehingga menghadirkan percampuran budaya yang unik, sehingga masih memberi kota ini sebagian besar daya tariknya.
Salah satu contoh dari peninggalan masa perang adalah Desa Budaya Gamcheon yang saat ini menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi. Desa Budaya Gamcheon dulunya adalah desa pengungsi miskin dengan rumah-rumah kecil di lereng bukit dan lorong-lorong seperti labirin, namun dengan ide dari penduduk dan pemerintah setempat, desa tersebut diubah menjadi rumah warna-warni sehingga berhasil menarik banyak pengunjung.
Walikota Busan Oh Keo-don mengatakan, “Busan, dengan budaya, sejarah, dan vitalitasnya, memiliki cukup alasan untuk menjadi tujuan wisata nomor satu di Korea,”
Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Busan mencapai 2,47 juta tahun lalu, naik 77.000 dari tahun sebelumnya. Walikota menargetkan 3 juta wisatawan asing tahun ini dan 4 juta tahun depan.
Bulan ini, Busan akan mendapatkan pengakuan secara internasional karena menjadi tuan rumah KTT Peringatan Korea-ASEAN pada 25-26 November dan KTT Korea-Mekong 27 November.
Ini adalah acara diplomatik terbesar yang diadakan di Korea sejak pelantikan Presiden Moon Jae-in pada Mei 2017.
Kota Metropolitan Busan bersiap untuk menunjukkan berbagai pesonanya. Sejumlah kegiatan direncanakan sepanjang bulan, menyoroti hubungan antara Korea dan negara-negara Asia Tenggara dalam bidang budaya, dan interaksi bisnis.
Salah satu upaya tersebut adalah Korea-ASEAN Food Street, yang dibuka Jumat di Jeonpo-dong dan berlangsung hingga 27 November.
Koki dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara akan memasak hidangan representatif dari masing-masing negara, dan pengunjung dapat mencicipinya.
Pantai Haeundae dan jembatan serta bangunan di dekatnya akan dihiasi dengan cahaya yang menyilaukan mulai Sabtu (16/11/2019) sebagai bagian dari perayaan akhir tahun, yang pada tahun-tahun sebelumnya dimulai pada akhir November.