Menelusuri Jejak Penulis yang Dicintai Masyarakat Korea, ‘Stasiun Kim Yu-jeong’

by

Setelah perjalanan selama satu jam 20 menit naik kereta dari Cheongnyangni menuju Chuncheon, Provinsi Gangwon, maka akan mencapai stasiun kecil yang dinamai berdasarkan novelis pada abad ke-20 yang dicintai oleh banyak orang Korea: Kim Yu-jeong.

Awalnya bernama Stasiun Sinnam, namun namanya diganti pada tahun 2004, sebagai bagian dari proyek lokal untuk mengenang penulis Kim Yu-jeong, yang berasal dari desa bernama Sile, hanya beberapa menit berjalan kaki dari stasiun.

Dikelilingi oleh Geumbyeongsan, kota ini telah melestarikan rumah kelahirannya dan menjadi aula peringatan, di mana pengunjung dapat mempelajari lebih lanjut tentang penulis yang meninggalkan jejak mendalam pada sastra Korea. Fasilitas tersebut merupakan Kampung Sastra Kim Yu-jeong.

Kota ini diabadikan dalam 12 karya Kim Yu-jeong, termasuk novel seperti “Spring, Spring (1935),” dan “The Camellias (1936)”. Dia meninggalkan sekitar 30 novel, kebanyakan cerita pendek sebelum kematiannya yang prematur pada usia 29 tahun pada tahun 1937.

Di Sile, masih berdiri sekolah malam yang dibangun Kim Yu-jeong., serta pohon zelkova yang ia tanam, yang kini menjadi pohon tua yang tinggi.

Di dekatnya, sebuah bangunan stasiun tua, dimana oleh banyak orang disebut sebagai ‘Stasiun tua Kim Yu-jeong’, menyambut pengunjung, didekorasi dengan tema yang sama.

Dua gerbong kereta api dari kereta Mugunghwa bermesin diesel yang sekarang sudah pensiun berdiri di atas rel kereta api tua tersebut. Salah satunya telah diubah menjadi kafe buku.

Loading…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *